Olahraga dan Daerah
Senin, 29 April 2013
" Kenali Potensi Dirimu "
Kenali Potensi Dirimu
Pada saat itu, di tahun 2002, Brasil menjuarai Piala Dunia untuk kelima kalinya, yang dihelat di Korea-Jepang. Lini tengah Brasil kala itu diperkuat oleh seorang Gilberto Silva. Tidak ada pemain lain yang saya perhatikan sekali, kecuali Gilberto Silva. Bagaimana tidak, ketika itu, saya bingung mengapa pemain seperti Gilberto ini masuk skuad inti timnas Brasil dan bahkan ikut mengantar tim itu menjuarai Piala Dunia saat itu.
Pikiran ‘kanak-kanak’ saya ketika itu sering sekali bertanya-tanya, “Gilberto ini fungsinya apa ya?”. Saat itu saya menilai Gilberto ini bukan pemain yang hebat seperti Ronaldo Nazario de Lima, Zinedine Zidane, Luis Figo, atau David Trezeguet. Ketika pemain lain memiliki kemampuan individu dan determinasi yang tinggi, si Gilberto ini cuma pemain yang sering tampak mondar-mandir sembari mengoper bola, itu saja.
Setelah Piala Dunia 2002, Gilberto direkrut Arsenal. Pada dasarnya, itu hal yang wajar karena salah satu parameter yang mudah untuk menilai potensi pemain adalah tim juara. Namun, saya tetap heran, karena saya masih tak melihat Gilberto memiliki sesuatu yang istimewa. Gilberto bukan penggocek bola, tidak sering melakukan tekel, kekuatan fisiknya biasa saja, tidak terlalu ngotot. Pokoknya, semuanya serbabiasa. Bagi saya, Gilberto cuma pemain yang suka naik-turun dan mengoper bola.
Sementara saya belum berhenti heran, Arsenal malah sering menjadi juara, yang puncaknya adalah unbeaten season 2003-2004, di mana Gilberto merupakan salah satu pemain yang paling konsisten masuk barisan starter. Gilberto bukan satu-satunya pemain yang membuat saya bingung. Ketika masih bermain untuk AC Milan, Gennaro Gattuso adalah pemain yang juga sering membuat kening saya berkerut. Gattuso tampak biasa saja, mengingat Milan saat itu memiliki pemain-pemain seperti Demetrio Albertini, Zvonimir Boban, Rui Costa, Clarence Seedorf, Andriy Shevchenko, tetapi Gattuso juga terus dijadikan starter.
Pertanyaan saya saat itu adalah, bagaimana mungkin seorang pemain yang tidak fasih melepaskan umpan silang dimainkan sebagai starter di posisi gelandang kanan. Umpan -umpan silang Gattuso pada masa-masa awal kariernya di Milan banyak yang terlalu tinggi, tidak tepat sasaran. Pokoknya, masih banyak kejanggalan-kejanggalan teknis dari seorang Gattuso, kala itu.
Gattuso semakin menarik bagi saya, karena ia masuk dalam berbagai skema permainan Milan. Dua pelatih ternama Milan di era tersebut, Alberto Zaccheroni dan Carlo Ancelotti, relatif selalu memainkan Gattuso disetiap pertandingan tim utama Milan. Sebagai anak kecil yang menggilai sepak bola kala itu, diri ini sering bertanya-tanya kenapa Zaccheroni dan Ancelotti memilih Gattuso? Bukankah secara teknik, Milan punya pemain lain yang lebih baik dari Gattuso?
Pada medio 2009 sampai 2012, saya memperhatikan satu orang pemain lagi yang sungguh membuat saya semakin bingung dan kemudian membuat saya sadar. Pemain itu adalah Rory Delap. Bagaimana tidak, Delap tidak memiliki satu pun atribut menonjol, kecuali long throw-in. Ya, Rory Delap memiliki lemparan throw in yang spesial, bola hasil lemparan ke dalam Delapn kencang dan akurat. Dalam sejumlah kesempatan, throw-in Delap berujung gol untuk timnya saat itu, Stoke City.
Satu-satunya kelebihan Delap itu ternyata merupakan faktor yang dibutuhkan Stoke untuk memainkan gaya direct football atau yang sering disebut dengan kick ‘n rush. Kali ini, pertanyaan saya mendapatkan titik terang menuju pemahaman, termasuk atas pertanyaan saya mengenai Gilberto dan Gattuso. Setelah melihat Delap, saya sadar bahwa setiap pemain sepak bola memiliki karakter uniknya masing-masing yang dapat menjadi nilai jual tersendiri bagi mereka. Delap beruntung memiliki lemparan yang sangat bertenaga, karena jika tidak, mungkin ia tidak akan pernah diperhitungkan sebagai pemain berbahaya. Dalam ilmu bisnis, fenomena Delap secara filosofis dekat sekali dengan teori competitive advantage strategy.
Mungkin kesadaran akan kebingungan-kebingungan saya juga didukung oleh beberapa kisah pesepak bola yang sukses setelah mengenal dan menerima diri mereka. Sebelum menjadi penjaga gawang, Peter Cech adalah seorang striker. Emile Heskey yang sempat dikenal sebagai penyerang eksplosif, awalnya menekuni olahraga tinju. Gareth Bale yang belum lama ini mendapatkan penghargaan Pemain Terbaik PFA sebelumnya adalah pemain rugby. Untuk Gilberto Silva, sebelum menjadi pesepak bola, ia pernah menjadi pemecah batu dan buruh pabrik gula. Jika saja mereka tidak berhasil menemukan potensi diri, yang mungkin merupakan satu-satunya kelebihan mereka, mungkin mereka tak dikenal luas seperti sekarang.
Pikiran ‘kanak-kanak’ saya ketika itu sering sekali bertanya-tanya, “Gilberto ini fungsinya apa ya?”. Saat itu saya menilai Gilberto ini bukan pemain yang hebat seperti Ronaldo Nazario de Lima, Zinedine Zidane, Luis Figo, atau David Trezeguet. Ketika pemain lain memiliki kemampuan individu dan determinasi yang tinggi, si Gilberto ini cuma pemain yang sering tampak mondar-mandir sembari mengoper bola, itu saja.
Setelah Piala Dunia 2002, Gilberto direkrut Arsenal. Pada dasarnya, itu hal yang wajar karena salah satu parameter yang mudah untuk menilai potensi pemain adalah tim juara. Namun, saya tetap heran, karena saya masih tak melihat Gilberto memiliki sesuatu yang istimewa. Gilberto bukan penggocek bola, tidak sering melakukan tekel, kekuatan fisiknya biasa saja, tidak terlalu ngotot. Pokoknya, semuanya serbabiasa. Bagi saya, Gilberto cuma pemain yang suka naik-turun dan mengoper bola.
Sementara saya belum berhenti heran, Arsenal malah sering menjadi juara, yang puncaknya adalah unbeaten season 2003-2004, di mana Gilberto merupakan salah satu pemain yang paling konsisten masuk barisan starter. Gilberto bukan satu-satunya pemain yang membuat saya bingung. Ketika masih bermain untuk AC Milan, Gennaro Gattuso adalah pemain yang juga sering membuat kening saya berkerut. Gattuso tampak biasa saja, mengingat Milan saat itu memiliki pemain-pemain seperti Demetrio Albertini, Zvonimir Boban, Rui Costa, Clarence Seedorf, Andriy Shevchenko, tetapi Gattuso juga terus dijadikan starter.
Pertanyaan saya saat itu adalah, bagaimana mungkin seorang pemain yang tidak fasih melepaskan umpan silang dimainkan sebagai starter di posisi gelandang kanan. Umpan -umpan silang Gattuso pada masa-masa awal kariernya di Milan banyak yang terlalu tinggi, tidak tepat sasaran. Pokoknya, masih banyak kejanggalan-kejanggalan teknis dari seorang Gattuso, kala itu.
Gattuso semakin menarik bagi saya, karena ia masuk dalam berbagai skema permainan Milan. Dua pelatih ternama Milan di era tersebut, Alberto Zaccheroni dan Carlo Ancelotti, relatif selalu memainkan Gattuso disetiap pertandingan tim utama Milan. Sebagai anak kecil yang menggilai sepak bola kala itu, diri ini sering bertanya-tanya kenapa Zaccheroni dan Ancelotti memilih Gattuso? Bukankah secara teknik, Milan punya pemain lain yang lebih baik dari Gattuso?
Pada medio 2009 sampai 2012, saya memperhatikan satu orang pemain lagi yang sungguh membuat saya semakin bingung dan kemudian membuat saya sadar. Pemain itu adalah Rory Delap. Bagaimana tidak, Delap tidak memiliki satu pun atribut menonjol, kecuali long throw-in. Ya, Rory Delap memiliki lemparan throw in yang spesial, bola hasil lemparan ke dalam Delapn kencang dan akurat. Dalam sejumlah kesempatan, throw-in Delap berujung gol untuk timnya saat itu, Stoke City.
Satu-satunya kelebihan Delap itu ternyata merupakan faktor yang dibutuhkan Stoke untuk memainkan gaya direct football atau yang sering disebut dengan kick ‘n rush. Kali ini, pertanyaan saya mendapatkan titik terang menuju pemahaman, termasuk atas pertanyaan saya mengenai Gilberto dan Gattuso. Setelah melihat Delap, saya sadar bahwa setiap pemain sepak bola memiliki karakter uniknya masing-masing yang dapat menjadi nilai jual tersendiri bagi mereka. Delap beruntung memiliki lemparan yang sangat bertenaga, karena jika tidak, mungkin ia tidak akan pernah diperhitungkan sebagai pemain berbahaya. Dalam ilmu bisnis, fenomena Delap secara filosofis dekat sekali dengan teori competitive advantage strategy.
Mungkin kesadaran akan kebingungan-kebingungan saya juga didukung oleh beberapa kisah pesepak bola yang sukses setelah mengenal dan menerima diri mereka. Sebelum menjadi penjaga gawang, Peter Cech adalah seorang striker. Emile Heskey yang sempat dikenal sebagai penyerang eksplosif, awalnya menekuni olahraga tinju. Gareth Bale yang belum lama ini mendapatkan penghargaan Pemain Terbaik PFA sebelumnya adalah pemain rugby. Untuk Gilberto Silva, sebelum menjadi pesepak bola, ia pernah menjadi pemecah batu dan buruh pabrik gula. Jika saja mereka tidak berhasil menemukan potensi diri, yang mungkin merupakan satu-satunya kelebihan mereka, mungkin mereka tak dikenal luas seperti sekarang.
Penemuan potensi diri tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar diri sendiri. Thierry Henry, jika saja tidak dijadikan Arsene Wenger sebagai penyerang tengah dalam skema 4-4-2, mungkin tidak akan setenar sekarang. Begitupun Andrea Pirlo, jika Ancelotti tidak menemukan titik potensi maksimal darinya di posisi regista, mungkin sampai kapan pun Pirlo hanyalah seorang pemain rotasi. Bale juga bisa mencapai level performa maksimal setelah Harry Redknapp memainkannya di posisi left midfielder (instead of left back). Bahkan sekarang Bale diberikan kepercayaan Andre Villas-Boas menjadi striker.
Bagaimana dengan Adriano Leite Ribeiro dan Luis Suarez? Mereka adalah contoh pemain dengan potensi diri yang dikuasai betul oleh faktor eksternal berupa kasih sayang dari lawan jenis, alias kekasih. Adriano adalah striker yang sangat berbahaya sebelum ditinggalkan oleh sang kekasih hati. Ya, media-media di eropa menyebut ‘anjlok’-nya performa Adriano secara drastis disebabkan faktor ‘patah hati’ dari sang kekasih. Untuk Suarez, ia memiliki kisah asmara yang lebih ceria. Kekasih Suarez, Sofia Balbi, pindah ke Spanyol dari Uruguay pada 2003 untuk mengikuti jejak keluarganya. Ketika itu Suarez sangat terpukul, dan sempat berhenti bermain bola. Sampai pada suatu hari Suarez sadar bahwa satu-satunya cara untuk mengejar sang pujaan hati adalah kembali bermain bola seapik mungkin, sehingga dia diincar dan pindah ke klub eropa, dan dapat dekat kembali dengan Sofia.
Kegigihan membuat Suarez direkrut FC Groningen sehingga ia dapat berkumpul kembali dengan tambatan hati. Titik motivasi akan Sofia inilah yang membuat determinasi Suarez sebagai pemain sangat tinggi, dan diakuinya sebagai atribut yang mempengaruhi performanya sampai sekarang. Herman Pinkster, bekas manajer Suarez di Ajax pernah mengatakan, berkata “Sofia sangat penting bagi Suarez, dan bisa jadi adalah satu-satunya orang yang dapat mengontrol emosi Suarez yang berlebihan”.
Setelah melihat pemain-pemain unik itu, bisa dipahami kenapa Ancelotti dan Zaccheroni (atau bahkan Alex Ferguson) mengidolai Gattuso. Gattuso memiliki karakter yang jarang dimiliki pemain lain, yaitu ambisi menjadi pemenang dan semangat pantang menyerah. Brian Laudrup, rekan Gattuso ketika di Rangers, mengakui bahwa Gattuso bukanlah pemain yang fantastis secara teknik, tetapi Gattuso adalah seorang pemenang, yang selalu menuntaskan tugasnya, dan sangat agresif. Atribut mental menjadikan Gattuso pemain yang dikenal saat ini: pernah menjadi juara dunia bersama Italia, dan beberapa kali juara bersama AC Milan. Gattuso tahu, secara teknik, ia tak bisa menandingi Zidane atau Pavel Nedved, tetapi ia punya karakter yang membuat orang berkualitas teknik di atas rata-rata angkat topi untuknya.
Poin tertinggi dari rekor statistik Gattuso adalah FC (Fouls Commited), yang berarti Gattuso memang pemain yang sangat sering melanggar lawan. Ini artinya, Gattuso memang digunakan sebagai perusak tempo lawan ketika menguasai bola. Para Juventini mungkin masih ingat bagaimana Gattuso "mematikan" Nedved ketika Milan menang 3-1 atas Juventus di bulan Oktober 2005 serie-A. Bahkan ketika itu Nedved harus ditarik keluar karena pergerakannya selalu dibayangi Gattuso sehingga tak bisa mengembangkan permainan baik dirinya maupun tim. Para Manchunian juga mungkin masih ingat ketika Cristiano Ronaldo dibuat tak berkutik oleh Gattuso pada pertandingan Liga Champions antara AC Milan dan MU pada 2007. Gattuso mungkin jarang terlibat dalam agresi Milan di lapangan, tetapi siapa pun yang mampu The Czech Cannon atau Ronaldo jelas bukan orang biasa dan mampu berkontribusi bagi tim meraih kemenangan.
Entah apakah Gattuso bisa menemukan dan menunjukkan potensinya karena faktor internal atau eksternal. Yang jelas, karakter agresif seorang Gattuso telah membuat pelatih-pelatih di masanya melupakan kualitas teknis si pemain. Dengan kemampuannya itu, Gattuso bisa dipakai sebagai trade-off keseimbangan ‘menyerang-bertahan’ dengan Pirlo yang berposisi sebagai central regista. Dan, jika melihat perkembangan permainan Gattuso pada masa kejayaannya, Anda akan kagum karena Gattuso mampu memenuhi mencapai standar minimum dalam hal kualitas teknik, sehingga ia semakin bermanfaat bagi tim.
Kembali ke Gilberto, betul saya sempat meragukan kemampuan pemain ini, namun setelah mempelajari sepak bola modern, sebuah ternyata memang dibutuhkan pemain yang mampu mengalirkan bola-bola ‘aman’ yang berfungsi untuk menstabilkan tempo. Peran ini dilakoni dengan sangat baik oleh Gilberto. Terlebih, statistik telah membuktikan bahwa variabel passes completed sangat dekat dengan kemenangan. Bukankah simple pass dari Gilberto ikut berkontribusi terhadap kuantitas passes completed yang tinggi dan kestabilan tempo tim?
Poin tertinggi dari rekor statistik Gattuso adalah FC (Fouls Commited), yang berarti Gattuso memang pemain yang sangat sering melanggar lawan. Ini artinya, Gattuso memang digunakan sebagai perusak tempo lawan ketika menguasai bola. Para Juventini mungkin masih ingat bagaimana Gattuso "mematikan" Nedved ketika Milan menang 3-1 atas Juventus di bulan Oktober 2005 serie-A. Bahkan ketika itu Nedved harus ditarik keluar karena pergerakannya selalu dibayangi Gattuso sehingga tak bisa mengembangkan permainan baik dirinya maupun tim. Para Manchunian juga mungkin masih ingat ketika Cristiano Ronaldo dibuat tak berkutik oleh Gattuso pada pertandingan Liga Champions antara AC Milan dan MU pada 2007. Gattuso mungkin jarang terlibat dalam agresi Milan di lapangan, tetapi siapa pun yang mampu The Czech Cannon atau Ronaldo jelas bukan orang biasa dan mampu berkontribusi bagi tim meraih kemenangan.
Entah apakah Gattuso bisa menemukan dan menunjukkan potensinya karena faktor internal atau eksternal. Yang jelas, karakter agresif seorang Gattuso telah membuat pelatih-pelatih di masanya melupakan kualitas teknis si pemain. Dengan kemampuannya itu, Gattuso bisa dipakai sebagai trade-off keseimbangan ‘menyerang-bertahan’ dengan Pirlo yang berposisi sebagai central regista. Dan, jika melihat perkembangan permainan Gattuso pada masa kejayaannya, Anda akan kagum karena Gattuso mampu memenuhi mencapai standar minimum dalam hal kualitas teknik, sehingga ia semakin bermanfaat bagi tim.
Kembali ke Gilberto, betul saya sempat meragukan kemampuan pemain ini, namun setelah mempelajari sepak bola modern, sebuah ternyata memang dibutuhkan pemain yang mampu mengalirkan bola-bola ‘aman’ yang berfungsi untuk menstabilkan tempo. Peran ini dilakoni dengan sangat baik oleh Gilberto. Terlebih, statistik telah membuktikan bahwa variabel passes completed sangat dekat dengan kemenangan. Bukankah simple pass dari Gilberto ikut berkontribusi terhadap kuantitas passes completed yang tinggi dan kestabilan tempo tim?
Di dalam tactical football, tempo sangatlah penting. Banyak sekali input strategi yang berbasis pada tempo, sebut saja snake strategy, yaitu menjalankan tempo yang relatif lambat, untuk kemudian dihentak dengan tempo yang tinggi melalui akselerasi dan penetrasi yang sangat cepat, sehingga lawan ‘lengah’ dan terlambat dalam menghentikan pergerakan tim. Alex Ferguson pernah menegaskan bahwa ”delivery is everything”, menunjukkan bahwa kualitas tempo berpengaruh terhadap akurasi.
Ancelotti pernah memberikan tactical insight yang menggambarkan betapa ruginya sebuah tim ketika menghadapi lawan yang mampu menurunkan tempo permainan. "Saya selalu mengatakan kepada tim saya untuk menghindari segalanya yang bisa menurunkan tempo permainan. Mereka harus beraksi dengan cepat dan efektif di lapangan.
Tim-tim di Italia adalah pengguna setia strategi slow-the-tempo, beberapa kali mereka menggunakan strategi tersebut, dan berhasil. Contoh-contoh itu menunjukan betapa pentingnya peran seorang pemain yang mampu mengatur tempo di sepak bola modern, dan Gilberto melalui umpan-umpannya sukses menjaga tempo permainan tim-tim yang pernah dibelanya. Akhirnya saya sadar, Gilberto menemukan bahwa potensi dirinya bukanlah menjadi penggocek ulung macam Ronaldinho, melainkan seorang pengantar bola.
Masih banyak sebenarnya pesepak bola yang menyadarkan saya tentang arti sesungguhnya mengenai talenta dan kemampuan. Banyak orang tidak menyadari, bahwa di dalam dirinya terdapat kemampuan luar biasa dan bermanfaat untuk banyak orang. Apa yang terjadi jika dahulu Gilberto Silva memilih menjadi seorang striker? Apa juga yang terjadi bila David Beckham tidak berlatih khusus untuk mengasah akurasi umpan silang dan tendangan bebasnya? Dan apakah seorang Bastian Schweinsteiger akan setenar sekarang jika dulu ia lebih memilih olahraga ski es?
Masih banyak sebenarnya pesepak bola yang menyadarkan saya tentang arti sesungguhnya mengenai talenta dan kemampuan. Banyak orang tidak menyadari, bahwa di dalam dirinya terdapat kemampuan luar biasa dan bermanfaat untuk banyak orang. Apa yang terjadi jika dahulu Gilberto Silva memilih menjadi seorang striker? Apa juga yang terjadi bila David Beckham tidak berlatih khusus untuk mengasah akurasi umpan silang dan tendangan bebasnya? Dan apakah seorang Bastian Schweinsteiger akan setenar sekarang jika dulu ia lebih memilih olahraga ski es?
Einstein pernah berkata ”Jika anda menilai seekor ikan berdasarkan kemampuan memanjat pohon yang dimiliki monyet, sampai kapanpun ikan tersebut akan bodoh di mata Anda”. Prinsip serupa berlaku dalam sepak bola. Semua pemain sepak bola itu hebat, asal mereka tahu dan menerima potensi dirinya. Saya jadi ingat nasihat Ibu saya yang selalu diulang-ulang dari dulu sampai sekarang: “Nak, kenali potensi dirimu. Semua manusia itu hebat, hanya saja ada beberapa manusia tidak tahu potensi dirinya”. Mungkin nasihat Ibu saya itu sama dengan yang diterima Gilberto, Gattuso, dan Delap, dari ibu mereka masing-masing.
Senin, 08 April 2013
Peraturan dan Tata Tertib Turnamen Sepak Bola
PERATURAN DAN TATA TERTIB
TURNAMEN BELU
CUP
DENPASAR, 7 NOVEMBER 2012
PASAL 1
DASAR
Peraturan
pertandingan Sepak Bola TURNAMEN BELU CUP ini berpedoman pada :
1.
Pedoman
Dasar PSSI
2.
Keputusan
rapat Teknik TURNAMEN Sepak Bola BELU CUP
3.
Keputusan
rapat IKABBE - Belu Daerah Bali.
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1.
1.Peraturan
pertandingan khusus ini diterbitkan untuk mengatur penyelenggaraan pertandingan bagi seluruh peserta Turnamen
sepak bola BELU CUP, guna
terwujud dan lancarnya pertandingan.
2.
Untuk
menyeleksi putra – putra Belu yang berada di Bali supaya mewakili Belu pada
turnamen – turnamen yang ada di Bali
PASAL 3
PENYELENGGARA
Penyelenggara
pertandingan di cabang sepak bola diorganisir oleh IKABBE Belu yang di sokong oleh keluarga
Lakaan, keluarga Malaka, keluarga Kemak, keluarga Dawan R, dan keluarga Malibaka.
Panitia Turnamen BELU CUP ditugaskan sebagai pelaksana dan mengatur pertandingan yang
dimaksud.
PASAL 4
PESERTA
Peserta
terdiri dari 10 (sepuluh) tim. Masing - masing:
1.
Lakaan
FC 6. Liurai FC
2.
Ikawan
FC 7. Laoray FC
3.
Lemoray
FC 8. Primif FC
4.
Terus
FC 9. Oan mane FC
5.
Santa
crus FC 10. Leunhas
PASAL 5
SISTEM PERTANDINGAN
1. Peserta dibagi dalam 2 (dua) grup, yaitu tiap grup terdiri dari 5 tim. Masing - masing grup akan ditentukan melalui undian pada
saat pertemuan tehnik.
2. Menggunakan sistem setengah kompetisi di
masing - masing grup.
3. Juara dan Runner Up di masing - masing
grup, berhak maju kesemifinal.
4. Di semifinal menggunakan sistem
cross/silang.
5. Pemenang dalam pertandingan, berhak, maju
ke final memperebutkan Juara I.
6. Tim yang kalah pada pertandingan cross
bertanding untuk memperebutkan juara III
PASAL 6
JADWAL PERTANDINGAN
1. Jadwal pertandingan diundi pada saat acara
pembukaan
2. Jadwal hanya bisa dirubah oleh Panitia
Penyelenggara jika ada kepentingan yang mendesak dan atau karena disebabkan
oleh force majeur.
3. Perubahan dan pembatalan jadwal suatu
pertandingan yang telah disepakati/ditetapkan pada pertemuan tehnik pada
prinsipnya tidak diperkenankan.
PASAL 7
PENDAFTARAN
1. Peserta diwajibkan untuk mendaftarkan para
pemain dan oficialnya untuk mengikuti pertandingan dengan mengirimkan daftar
nama pemain beserta officialnya, selambat-lambatnya 11 November 2012 sudah diterima di panitia.
2. Seorang pemain diketahui terdaftar di dua
tim atau lebih (ganda) Panitia berkewajiban untuk mencoret salah satu atau
keduanya, setelah tidak terdapat kata sepakat dari yang berkepintingan.
PASAL 8
PERSYARATAN PEMAIN
1. Pemain yang dapat mengikuti pertandingan Sepak Bola BELU CUP ini adalah para pemain yang
memperoleh pengesahan dari panpel.
2. Jumlah maksimum yang didaftarkan 25 orang
3. Tim dapat mendaftarkan pemain berjumlah 25
orang dengan ketentuan 5 orang pemain luar daerah Belu, dengan catatan 3 orang
pemain saja yang dapat dimainkan dalam 1 pertandingan
4. Official tim terdiri dari 2 ( dua ) orang
yang terdiri dari pelatih dan assiten pelatih
PASAL 9
TEMPAT DAN WAKTU PERTANDINGAN
Lapangan/stadion
yangdipergunakan adalah Lapangan Korem 163/WSA Bali
Kick off
pada pkl. 15.00 Wita pertandingan pertama dan pkl. 16.50 Wita pertandingan ke-2 atau ada ketentuan
lain dari Panpel. Lamanya pertandingan 2 x 35 menit, diberikan istirahat 5-15
menit.
PASAL 10
PERGANTIAN PEMAIN
1. Selama
pertandingan berlangsung diperkenankan mengadakan
pergantian pemain sebanyak - banyaknya 5 (lima) orang.
2. Pemain cadangan dan official yang duduk
dibangku cadangan hanya 7 orang, dan terdaftar dalam daftar susunan pemain
ditambah 2 orang official .
PASAL 11
PERTEMUAN TEHNIK
1. Pertemuan tehnik akan
ditentukan/ditetapkan oleh panitia pelaksana. Dengan ketentuan masing - masing
peserta harus membawa daftar nama - nama pemain dan membawa contoh dari kostum
utama dan cadangan yang akan digunakan dalam pertandingan.
2. Diwajibkan yang hadir dalam pertemuan
tehnik adalah Manajer, asisten Manejer, pelatih dan kapten kesebelasan.
3. Hasil pertemuan tehnik harus
dimuat/dituangkan dalam berita acara.
PASAL 12
KARTU KUNING DAN KARTU MERAH
1. Pemain yang memperoleh 2 x kartu kuning,
dalam dua pertandingan berbeda, tidak diperkenankan ikut bermain dalam
kesebelasannya untuk satu kali pertandingan berikutnya.
2. Pemain yang kena kartu merah, maka pemain
terebut otomatis tidak diperkenankan ikut bermain dalam kesebelasannya untuk :
Satu
kali pertandingan berikutnya jika selama pertandingan hari itu berlangsung,pemain
yang bersangkutan mendapat dua kali kartu kuning sehingga terkena kartu merah.
Dua
kali pertandingan berikutnya, karena yang bersangkutan langsung kena kartu merah.
Kartu
kuning tidak berlaku / dihapus setelah memasuki babak semi final sedangkan
kartu merah berlaku sampai final.
3. Pemain
yang kena kartu kuning dikenakan beban biaya Rp. 25.000/per pemain per klub peserta.
4. Pemain yang
kena kartu merah dikenakan denda Rp 100.000 per pemain per klub peserta
PASAL 13
WEWENANG/TANGGUNG JAWAB OFFICIAL
1. Yang dimaksud dengan official tim adalah
para manajer, pelatih tim yang bertanggung jawab memimpin suatu tim/kesebelasan
dalam pertandingan.
2. Official harus didaftarkan resmi kepada
panitia penyelenggara.
3. Official tim bertanggung jawab kedalam dan
keluar atas nama kesebelasan, atas tindakan - tindakan yang dilakukan oleh
anggotanya.
4. Bila terjadi keributan menjadi
tanggungjawab official tim.
PASAL 14
PERANGKAT PERTANDINGAN (WASIT, PP, IW)
1. Yang dimaksud dengan perangkat
pertandingan dalam hal ini adalah Pengawas Pertandingan, Inspektur Wasit,
Wasit, Asisten Wasit, Wasit Cadangan.
2. Memiliki kewenangan dan bertanggung jawab
penuh untuk memastikan penyelenggaraan pertandingan yang ditetapkan oleh Pengda
PSSI/Panitia pelaksana.
3. Harus bertindak cepat, obyektif dan sesuai
aturan dalam menangani kejadian -kejadian yang muncul baik sebelum, selama dan
sesudah pertandingan.
PASAL 15
PENGAWAS PERTANDINGAN
1. Bertindak dan berperan penting sebagai
wakil dari Panpel/Pengda PSSI dalam mengelola dan mengkoordinir sebuah
pertandingan.
2. Memiliki kewenangan dan bertanggung jawab
penuh untuk memastikan penyelenggaraan pertandingan telah sesuai dengan
peraturan standar penyelenggaraan pertandingan yang ditetapkan oleh Pengda PSSI/Panitia
Pelaksana.
3. Harus bertindak cepat obyektif dan sesuai
aturan dalam menangani kejadian -kejadian yang muncul baik sebelum, selama dan
sesudah pertandingan.
4. Keputusan ada di tangan PP bila terjadi
hujan atau situasi lain yang tidak disangka.
PASAL 16
INSPEKTUR WASIT
Pertandingan/kompetisi/turnamen
yang bersifat home turnamen seperti PON, PORPROV dan yang sejenis mutlak dan
perlu ditetapkan/ditunjuk seorang INSPEKTUR WASIT oleh Pengda PSSI cq. Panitia
pelaksana yang bertugas dan bertanggung jawab sebagai berikut:
1. Menunjuk/menugaskan/menetapkan para wasit,
asisten wasit dan cadangan wasit untuk memimpin pertandingan yang bersifat home
turnamen.
2. Inspektur Wasit melarang para wasit
menghadiri jumpa pers dan atau melakukan wawancara dengan pers baik sebelum,
selama dan sesudah pertandingan.
3. Inspektur Wasit bertugas untuk mengawasi
dan menilai perilaku dan atau kinerja wasit yang bertugas baik di dalam maupun
di luar lapangan pertandingan.
4. Inspektur Wasit berhak memberikan kritik
membangun untuk wasit dan asisten wasit, cadangan yang bertugas.
5. Inspektur wasit wajib memberikan laporan
tertulis terkait tugas yang dijalaninya, kepada Pengda PSSI/Panpel.
6. Harus selalu siap membantu tugas-tugas
Pengawas Pertandingan jika diperlukan.
PASAL 17
WASIT
1. Semua pertandingan di BELU CUP ini dipimpin oleh wasit yang ditunjuk oleh
Panpel bekerja sama dengan Pengda PSSI Bali.
2. Keputusan wasit mutlak, tidak dapat
diganggu gugat, hanya kapten kesebelasan yang boleh bertanya kepada wasit
secara sopan dan singkat.
3. Harus bertindak cepat, obyektif dan sesuai
aturan dalam menangani kejadian -kejadian yang muncul baik sebelum, selama dan
sesudah pertandingan
PASAL 18
PANITIA DISIPLIN
Panitia disiplin
harus ditetapkan/ditunjuk oleh
Pengda PSSI/Panpel yang terdiri
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota dan anggota Pandis
ditunjuk 2 (dua) orang sebagai anggota, dimana timnya tidak bertanding pada
saat itu. Panitia Disiplin selanjutnya disingkat PANDIS yang bertugas :
1. Menangani dan menyelesaikan pengaduan atau
protes yang diajukan melalui prosedur yang telah ditetapkan dalam waktu 1 x 24
jam sejak pengaduan protes diterima PANDIS.
2. Melakukan penelitian dan pemeriksaan
terhadap kasus pelanggaran disiplin dengan menghimpun seluruh aspek
administrative, laporan - laporan dan lain sebagainya yang dianggap memenuhi
persyaratan untuk dijadikan materi pemeriksaan.
PASAL 19
TATA CARA PROTES
Protes
yang diajukan oleh peserta/tim yang hari itu bertanding harus dilakukan :
1. Harus dicantumkan dalam formulir laporan
pertandingan, ditulis dan ditandatangani oleh kapten kesebelasan yang
bersangkutan. Official tidak boleh menanda tangani.
2. Dalam waktu 12 (dua belas jam) sesudah
pertandingan, tim peserta yang mengajukan protes harus ditindaklanjuti dengan
surat disertai alasan-alasannya dan bukti autentik disampaikan kepada Panitia
Pelaksana disertai uang protes Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ratus ribu rupiah).
3. Tidak merubah hasil akhir/skor yang
dihasilkan pada saat bertanding.
4. Tanpa dipenuhi ayat 1 dan 2 diatas, protes
yang diajukan dinyatakan BATAL/GUGUR
PASAL 20
HIMBAUAN
Untuk
memperkokoh etika berorganisasi yang ditandai dengan tegaknya peraturan
pertandingan sepak bola yang bersifat universal, setiap peserta pertandingan
sepak bola di BELU CUP Tahun 2012 ini dihimbau untuk mentaati hukum dan etika
sehingga:
1. Pemain tidak lagi berkelahi di lapangan,
tidak saling menghina, dan mencaci.
2. Pelatih dan manajer tidak lagi
memprovokasi pemainnya untuk bermain kasar, mogok bertanding, atau mengeluarkan
kata-kata kasar yang tidak senonoh.
3. Penonton tidak lagi menjadi main hakim
sendiri terhadap wasit ataupun perangkat pertandingan lainnya.
4. Wasit harus menjalankan hukum dan
peraturan secara benar dan tegas bukan untuk kepentingan tertentu.
5. Menjunjung tinggi azas fair play dan sportivitas
sebagai roh dari permainan sepak bola, sehingga : Pemain, pelatih, manajer, official lainnya
menjunjung tinggi Peraturan, menghormati keputusan wasit dan ihklas menerima kekalahan.
Penonton
tidak menteror tim lawan dan bertindak anarkis karena tidak dapat menerima tim favoritnya
kalah.
6. Memberantas berbagai bentuk suap, mafia
wasit dan pengaturan skor Pertandingan.
7. Memerangi narkoba sebagai musuh bangsa dan
wabah berbahaya bagi Persepak bolaan di Tanah Air.
8. Bila terjadi kerusuhan di luar lapangan akan
diselesaikan secara hokum.
PASAL 21
LAIN- LAIN
Hal hal yang belum di atur atau belum cukup diatur dalam peraturan ini,
akan ditetapkan dan disesuiakan kemudian oleh panitia Pelaksana dengan mengacu
pada peraturan pertandingan umum
PSSI.
Denpasar, 11 November 2012
Panitia Pelaksana Turnamen BELU CUP
Tahun 2012
Ketua,
Sekretaris,
Yanuarius
Nahak, SH Agustinus Seran, S.Pd
Langganan:
Postingan (Atom)